RPP BERKARAKTER
Bab. I. Pendahuluan
Kurikulum
dikembangkan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional. Tujuan ini meliputi tujuan pendidikan
nasional, tujuan pendidikan dasar, dan
tujuan yang disesuaikan dengan kekhasan,
kondisi dan potensi daerah, serta satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh
sebab itu, kurikulum yang disusun oleh satuan pendidikan, memungkinkan
penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada Standar
Nasional Pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi
lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan
penilaian pendidikan. Dua standar dari kedelapan standar nasional pendidikan
tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar
Penilaian Pendidikan, dan Standar Proses merupakan acuan utama bagi satuan
pendidikan dalam mengembangkan kurikulum. Dalam
rangka antisipasi isu-isu strategis yang
dikembangkan oleh Pemerintah(Kementrian Pendidikan Nasional), maka KTSP ini
mengakomodasi dan mengintegralkan pendidikan berwawasan kesetaraan gender; pendidikan
berwawasan kewirausahaan dan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Bab. II. Pembahasan
A. Pengertian RPP
Berkarakter
RPP berkarakter adalah Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran yang memuatkan nilai-nilai karakter didalamnya sebagai pengingat
guru untuk menyampaikan nilai-nilai karakter yang ada dibalik materi.
RPP berkarakter ini merupakan implikasi
dari adanya kebijakan pemerintah tentang pentingnya pendidikan budaya dan
karakter bangsa ditengah krisis dan dekadensi moral yang semakin
memprihatinkan. Keluarnya Inpres Presiden No. 1, Tahun 2010 tentang pendidikan
budaya dan karakter bangsa menjadi landasan konstitusi yang kuat akan adanya
pengembangan kurikulum berbasis karakter disamping hakikat pendidikan yang
tidak hanya mengajarkan transfer of knowladge akan tetapi juga transfer
of values sebagai landasan filosofisnya.
Keberadaan
RPP berkarakter, diharapkan mampu menjadi salah satu ikhtiar para guru sebagai
pengingat akan hakikat pendidikan yang tidak hanya mengajarkan pengetahuan akan
tetapi juga akhlak, sikap, kepribadian ataupun yang kita kenal dengan karakter
akhir-akhir ini.
B. Prinsip
Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Pada
prinsipnya, pengembangan
budaya dan karakter bangsa tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi
terintegrasi ke dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah. Oleh karena itu, guru dan sekolah perlu mengintegrasikan
nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa ke
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Silabus dan Rencana Program
Pembelajaran (RPP) yang sudah ada.
Prinsip
pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter
bangsa mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai budaya
dan karakter bangsa sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan
yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan
pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri.
Dengan prinsip ini, peserta didik belajar melalui proses
berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga
proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
melakukan kegiatan sosial dan mendorong peserta didik untuk melihat diri
sendiri sebagai makhluk sosial.
Berikut prinsip-prinsip yang digunakan
dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa[1].
1.
Berkelanjutan;
mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa merupakan sebuah proses panjang, dimulai dari awal
peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan. Sejatinya,
proses tersebut dimulai dari kelas 1 SD atau tahun pertama dan berlangsung
paling tidak sampai kelas 9 atau kelas akhir SMP. Pendidikan budaya dan
karakter bangsa di SMA adalah kelanjutan dari proses yang telah terjadi selama
9 tahun.
2.
Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah; mensyaratkan bahwa proses pengembangan
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui setiap mata pelajaran,
dan dalam setiap kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler. Gambar 1 berikut ini
memperlihatkan pengembangan nilai-nilai melalui jalur-jalur itu:
|
||||||||
|
||||||||
Gambar 2. Pengembangan Nilai-nilai
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Pengembangan nilai budaya dan karakter
bangsa melalui berbagai mata pelajaran yang telah ditetapkan dalam Standar Isi
(SI), digambarkan sebagai berikut ini.
Gambar 3. Pengembangan
Nilai Budaya dan Karakter Bangsa
melalui Setiap Mata Pelajaran
3.
Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan; mengandung makna bahwa materi nilai budaya dan
karakter bangsa bukanlah bahan ajar
biasa; artinya, nilai-nilai itu tidak dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan
seperti halnya ketika mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur, ataupun fakta
seperti dalam mata pelajaran agama, bahasa Indonesia, PKn, IPA, IPS,
matematika, pendidikan jasmani dan
kesehatan, seni, dan ketrampilan.
Materi pelajaran biasa
digunakan sebagai bahan atau media untuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa. Oleh karena itu, guru tidak perlu mengubah pokok bahasan yang
sudah ada, tetapi menggunakan materi pokok bahasan itu untuk mengembangkan
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Juga, guru tidak harus mengembangkan
proses belajar khusus untuk mengembangkan nilai. Suatu hal yang selalu harus
diingat bahwa satu aktivitas belajar dapat digunakan untuk mengembangkan
kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Konsekuensi dari prinsip ini,
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa tidak ditanyakan dalam ulangan ataupun
ujian. Walaupun demikian, peserta didik perlu mengetahui pengertian dari suatu
nilai yang sedang mereka tumbuhkan pada diri mereka. Mereka tidak boleh berada
dalam posisi tidak tahu dan tidak paham makna nilai itu.
4.
Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan; prinsip ini menyatakan bahwa proses
pendidikan nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh peserta didik bukan
oleh guru. Guru menerapkan
prinsip ”tut wuri handayani” dalam setiap perilaku yang ditunjukkan peserta
didik. Prinsip ini juga
menyatakan bahwa proses pendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang
menimbulkan rasa senang dan tidak indoktrinatif.
Diawali dengan perkenalan
terhadap pengertian nilai yang dikembangkan maka guru menuntun peserta didik
agar secara aktif. Hal ini dilakukan tanpa guru mengatakan kepada peserta didik bahwa mereka harus aktif,
tapi guru merencanakan kegiatan belajar yang menyebabkan peserta didik aktif
merumuskan pertanyaan, mencari sumber informasi, dan mengumpulkan informasi
dari sumber, mengolah informasi yang sudah dimiliki, merekonstruksi data, fakta,
atau nilai, menyajikan hasil rekonstruksi atau proses pengembangan nilai, menumbuhkan
nilai-nilai budaya dan karakter pada diri mereka melalui berbagai kegiatan
belajar yang terjadi di kelas, sekolah, dan tugas-tugas di luar sekolah.
C.
CONTOH RPP BERKARAKTER
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) BAHASA ARAB KELAS 5 MIN SUNAN KALIJAGA 2011/2012
Madrasah
|
:
|
MIN Sunan Kalijaga
|
Mata Pelajaran
|
:
|
Bahasa Arab
|
Kelas/Semester
|
:
|
V/I (satu)
|
Materi Pokok
|
:
|
Hiwar (percakapan) dengan tema
في البيت (dengan menggunakan 20 mufradat baru)
|
Pertemuan
|
:
|
1 dan 2 (2 x 35)
|
Metode pembelajaran
|
:
|
Ikhtiyarat/eclectic (sam'iyah syafawiyah, tanya jawab, penugasan, dan
lain-lain.
|
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
|
:
:
|
2. Berbicara
2.1 Mengungkapkan informasi secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog tentang lingkungan rumah
|
Indikator
|
:
|
2.1 Melakukan dialog
sederhana tentang في البيت
2.2 Menyampaikan informasi secara lisan dalam kalimat sederhana tentang في البيت
|
Alokasi waktu
|
:
|
2 x 35 (1 kali petemuan)
|
Tujuan Pembelajaran
|
:
|
1.
Siswa mampu melakukan dialog sederhana tentang tema في البيت dengan penuh percaya
diri (musyahadah linafsih), berani (syaja’ah), komunikatif (mutaqabalah), dan
ramah dan lembut (layyinah) .
2.
Siswa mampu menyampaikan informasi secara lisan dalam
kalimat sederhana tentang tema في البيت dengan penuh keberanian (syaja’ah), dan kemandirian (qaimu linafsih)
|
Karakter
siswa yang diharapkan
|
:
|
Religius, percaya diri (musyahadah linafsih), berani (syaja’ah),
komunikatif (mutaqabalah), dan ramah dan lembut (layyinah), mandiri (qaimu linafsih)
|
|
|
|
Langkah-langkah
Pembelajaran :
1. Kegiatan Awal
Apersepsi
dan motivasi
& Guru memulai dengan mengucapkan salam
& Siswa bersama guru memulai pelajaran dengan membaca do’a dan basmalah
& Guru menyampaikan arti penting bahasa arab kaitannya dengan Al Qur’an
& Guru menjelaskan kompetensi yang diharapkan akan dicapai dan rencana kegiatan
yang akan dilaksanakan berkenaan dengan
البيت
في
& Guru bertanya kaitannya
materi yang akan diajarkan dengan materi sebelumnya.
2. Kegiatan Inti
Ekplorasi
& Siswa menyimak teks
dengan penuh perhatian hiwar tentangفي البيت yang disampaikan guru melalui suara
guru langsung
& Siswa secara mandiri diminta untuk menyebutkan adab dalam
berbicara dan kemudian mengajak siswa untuk mampu bersikap ramah dan lembut dalam
menerima tamu yang datang ke rumah lewat percakapan في البيت.
Elaborasi
& Siswa bersama-sama mendemonstrasikan percakapan tentang في البيت
sesuai materi yang diperdengarkan dengan bimbingan
guru.
& Siswa diminta mencari teman pasangan
untuk mencoba berdialog dengan penuh percaya diri dan keberanian
sesuai dengan teks hiwar yang sudah dibacakan.
& Siswa diminta mengambil
nomor urutan maju yang sudah diacak oleh guru.
& Guru mengajak siswa untuk dapat menunjukkan sikap ramah dan lembut dalam menerima
setiap tamu yang datang dan bertanya dirumah kita.
& Siswa yang lain diminta dengan
penuh toleransi dan keberanian untuk mendengarkan
dan memberikan komentar atau sarannya bagi perbaikan siswa yang maju demontrasi.
& Bagi siswa terbaik dalam melakukan hiwar/dialog maka akan diberikan reward.
Konfirmasi
& Guru mencoba memberikan
apresiasi bagi semua siswa yang sudah mencoba untuk maju dan melakukan
hiwar/dialog.
& Guru memberikan respon
terhadap semua komentar, saran dan masukan dari siswa, dan tidak lupa
memberikan apresiasi bagi mereka yang sudak ikut aktif dan memberikan
perhatian.
3. Kegiatan Penutup
& Siswa dibanatu oleh guru memberikan penekanan akan arti penting kesantunan
dalam berdialog
& Guru bersama siswa memberikan kesimpulan dari tema yang disampaikan
& Guru mengajak siswa menutup pelaran dengan membaca hamdalah
& Guru menutup pertemuan dengan mengucapkan salam.
Alat/Bahan/Sumber
:
·
Buku paket, perangkat pembelajaran, kamus, alat peraga, dsb.
Penilaian :
Indikator Pencapaian Kompetensi
|
Teknik Penilaian
|
Bentuk Penilaian
|
Contoh Instrumen
|
· Melafalkan kosa kata dan kalimat dengan pelafalan
yang tepat dan benar.
· Menggunakan/
mengucapkan mufrodat dengan tepat dalam berbagai kalimat.
· Bertanya dengan menggunakan kata tanya kaifa dan
hal.
· Menjawab pertanyaan dengan tepat.
· Mendemonstrasikan materi hiwar
|
Lisan &
Lisan
Lisan
Lisan
Praktek,
Produk
Performance
|
Uraian
Uraian
Uraian
Uraian
Obyektif
|
رشد : السلام عليكم
زرفا : وعليكم السلام أهلا وسهلا يا رشد، تفضل أدخل!
رشد : أهلا بك، شكرا. هل هذه غرفة
الجلوس؟
زرفا: لا، هذه غرفة المذاكرة
|
Lembar Penilaian
No
|
Nama Siswa
|
Performance
|
Produk
|
Uraian
|
Jumlah Skor
|
Nilai
|
|
Hiwar
|
Sikap
|
||||||
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8..
|
|
|
|
|
|
|
|
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor
maksimal ) X 10.
@ Untuk siswa yang tidak
memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui , Yogyakarta,
16 November 2011
Kepala MIN Sunan Kalijaga Guru
Mata Pelajaran BA
Meirina Arif Purwati, S.Pd Rahmat Kamal, S.Pd.I
Bab. III. Penutup
Pencanangan
perlunya memperhatikan pembentukan karakter bagi peserta didik menjadi
tantangan tersendiri bagi guru sebagai ujung tombak kegiatan pembelajaran.
Tentu ini menjadi beban tersendiri bagi guru karena harus merancang kegiatan
pembelajaran yang mengarah pada pembentukan karakter tertentu pada setiap kegaitan pembelajaran.
Karena hal
ini dianggap masih baru sehingga guru kesulitan membuat RPP berkarakter. Tentu
ini menjadi kendala tersendiri, karena guru dituntut untuk merangcang pembelajaran sedemikian rupa dengan tidak melupakan
menetapkan karakter tertentu yang akan dibangun pada setiap kegiatan
pembelajaran.
Kesulitan ini sesungguhnya menjadi wajar, karena meskipun
selama ini dalam kegaitan pembelajaran guru melakukannya dengan tidak menafikan
beberapa karakter tertentu, akan tetapi dalam penyusunan RPP berkarakter
dituntut kemampuan guru untuk menetapkan karakter apa yang akan dibangun dalam
satu standar kompotensi atau kompotensi dasar dari pembelajaran yang dilakukan.
Disinilah tantangan dan tugas mulia seorang guru dalam
mendesain perangkat pembelajaran yang diharapkan ideal sebagai salah satu
ikhtiar untuk ikut mengusahakan terbentuknya karakter siswa berbudi pekerti
luhur melalui proses pembelajaran.
[1] Pengembangan Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa; Pedoman Sekolah. (Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional;
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, 2010), hal.11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar