Implementasi Konsep Edutainment dalam Pendidikan Islam*
Oleh: Aqodiah, M.Pd. I
Lingkungan yang
kondusif untuk belajar adalah lingkungan yang aman dimana pembelajaran berlangsung
dalam suasana yang relaks dan tidak menegangkan, para pembelajar tidak merasa
terancam, dan seluruh komponen fisik dan non fisik mereka bebas dari tekanan.
Dalam hal ini pembelajaran yang tampil dalam wajah yang humanis dan dalam
interaksi edukatif yang terbuka dan demokratis.
Rasulullah SAW telah
memberikan contoh dengan senantiasa memperhatikan waktu dan kondisi yang tepat
dalam menyampaikan pengajarannya, yakni disesuaikan dengan waktu dan kondisi
pembelajar misalnya; beliau selalu memilih waktu dan memperhatikan keadaan
pembelajar (sahabat), mengajar berdasarkan jadwal dan tidak setiap hari, mengajar
secara selektif dan disesuaikan dengan kemampuan peserta didik, menunggu
kesempatan yang tepat atas hal yang hendak diajarkan.
Berdasarkan asumsi di
atas, dan hasil telaah terhadap berbagai konsep pembelajaran yang dikembangkan,
baik dalam pendidikan Islam, maupun dalam teori-teori belajar, maka berikut ini
akan dikemukakan beberapa upaya pendekatan bisa dilakukan untuk
mengimplementasikan konsep edutainment dalam pendidikan Islam:
1. Menciptakan
lingkungan yang mendukung aktivitas belajar
Dalam upaya menciptakan
iklim yang menyenangkan di setiap ruang kelas diperlukan adanya variasi,
kejutan, imajinasi, dan tantangan. Selain itu, dianjurkan juga memanfaatkan
musik untuk menciptakan suasana yang kondusif di ruang-ruang kelas. Intinya
adalah anak harus merasa aman secara fisik dan emosional, seluruh atmosfer
kelas haruslah bersahabat dan tidak mengancam, suasana sejak siswa memasuki
ruang kelas haruslah benar-benar menyenangkan. Program belajar hendaknya
dirancang agar sesuai dengan perkembangan pengetahuan terbaru tentang otak dan
belajar, yakni dengan menciptakan lingkungan belajar yang dapat mengurangi
stres, juga menciptakan perasaan positif dalam diri anak didik, sehingga mereka
dapat "naik tingkat" ke area otak belajar (neokorteks) sepenuhnya.
Kemudian, sampaikan pengetahuan yang dapat merangsang mereka untuk berpikir,
menghubung-hubungkan, membangun jaringan saraf baru, dan menciptakan sendiri makna
dan nilai yang berguna bagi mereka.
2. Menumbuhkan
minat belajar yang tinggi
Dalam upaya menumbuhkkan
minat belajar dan menarik perhatian anak didik maka perlu dilakukan dengan
langkah-langkah berikut:
·
Melakukan
komunikasi terbuka
Seorang guru hendaknya
selalu mendorong anak didik untuk membuka diri terhadap segala hal atau
bahan-bahan pelajaran yang disajikan mereka, sehingga mereka dapat menyerapnya
menjadi bahan apersepsi dalam pikirannya.
· Memberikan
pengetahuan baru
Minat dan perhatian anak
didik harus diarahkan kepada bahan-bahan pengetahuan yang baru bagi mereka.
Dalam ajaran Islam terdapat prinsip pembaruan dalam belajar, baik tentang
fenomena-fenomena alamiah maupun fenomena yang terdapat dalam diri mereka
sendiri.
·
Memberikan
model perilaku yang baik
Dalam rangka
menumbuhkan minat ini, maka upaya guru menjelaskan kompetensi dari materi
pelajaran yang disampaikannya menjadi sangat penting, karena siswa ingin
belajar ketika dia melihat manfaat dan pentingnya subjek pelajaran itu. Pembelajaran
yang didasarkan pada prinsip bermakna, akan menjadikan anak didik menyukai dan
bergairah untuk mempelajari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Dengan
perasaan suka tersebut proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan lancar,
karena anak didik menyadari bahwa yang dipelajari dari gurunya terdiri dari
bahan-bahan ilmu pengetahuan yang akan bermanfaat dan memberikan makna bagi
hidupnya lebih lanjut.
·
Mengenali
gaya belajar siswa
Siswa dapat belajar dengan
baik secara berkelompok, dan ada lagi
merasa bahwa belajar sendirilah yang paling efektif bagi mereka. Ada orang
memerlukan musik sebagai latar belakang, sedang yang lain tidak dapat
berkonsentrasi kecuali dalam ruangan sepi. Ada siswa yang memerlukan lingkungan
kerja yang teratur dan rapi, tetapi yang lain lagi lebih suka menggelar segala
sesuatunya supaya semua dapat terlihat.
3. Menerapkan
pembelajaran berbasis aktivitas
Belajar tidak hanya
menggunakan otak (sadar, rasional, dan verbal), tetapi juga melibatkan seluruh
tubuh dan pikiran dengan segala emosi, indra, dan sarafnya. Belajar adalah
berkreasi, bukan mengkonsumsi. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang diserap oleh
pembelajar, melainkan sesuatu yang mereka "ciptakan". Pembelajaran
terjadi ketika siswa memadukan pengetahuan dan keterampilan baru ke dalam
struktur dirinya sendiri yang telah ada.
Mengajak para siswa
untuk bangkit dan bergerak secara berkala akan menyegarkan tubuh mereka,
meningkatkan peredaran darah ke otak, dan dapat berpengaruh positif pada
belajar. Belajar berdasar aktivitas secara umum jauh lebih efektif daripada
yang didasarkan presentasi, materi, dan media. Gerakan fisik meningkatkan
proses mental. Bagian otak manusia yang terlibat dalam gerakan tubuh (korteks
motor) terletak tepat di sebelah bagian otak yang digunakan untuk berpikir dan
memecahkan masalah, sehingga menghalangi gerakan tubuh berarti menghalangi
pikiran untuk berfungsi secara maksimal. Sebaliknya, melibatkan tubuh dalam
belajar akan membangkitkan kecerdasan terpadu manusia sepenuhnya. Jadi, dalam
belajar jangan hanya duduk, tetapi lakukanlah sesuatu.
4. Menerapkan
pembelajaran kolaboratif
Kegiatan belajar
bersama (kolaboratif) dapat membantu memacu belajar aktif. Kegiatan belajar dan
mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif, namun kemampuan
untuk mengajar melalui kegiatan kerjasama kelompok kecil akan memungkinkan guru
untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif dengan cara khusus. Apa yang
didiskusikan siswa dengan teman-temannya dan apa yang diajarkan siswa kepada
teman-temannya memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan
materi pelajaran. Pemberian tugas yang berbeda kepada siswa akan mendorong
mereka untuk tidak hanya belajar bersama, namun juga saling mengajarkan satu
sama lain.
5. Menggunakan
pendekatan inquiry-discovery
Proses belajar
sesungguhnya bukanlah semata kegiatan menghafal. Banyak hal yang diingat akan
hilang dalam beberapa jam. Untuk mengingat apa yang telah diajarkan, siswa
harus mengolah atau memahaminya. Seorang guru tidak bisa dengan serta merta
menuangkan sesuatu ke dalam benak para siswanya, karena mereka sendirilah yang
harus menata apa yang mereka dengar dan lihat menjadi satu kesatuan yang
bermakna. Belajar akan efektif bila siswa diberi peluang untuk mendiskusikan
informasi yang diterima, mengajukan pertanyaan, mempraktikkan, dan
mengajarkannya kepada siswa yang lain. Pembelajaran akan terjadi bila informasi
yang disampaikan dapat merangsang siswa untuk berpikir, menghubung-hubungkan,
membangun jaringan saraf baru, dan menciptakan sendiri makna dan nilai yang
dapat dijalankan.
Dari
beberapa pendekatan diatas ada berbagai
contoh yang dijadikan acuan dalam implementasi konsep edutainment dalam pendidikan
Islam:
1.
Memberikan
kemudahan dan suasana gembira
Prinsip memberikan
kemudahan ini tergambar juga dalam pengajaran Rasulullah SAW kepada para
sahabatnya, seperti yang bisa dilihat dari riwayat-riwayat berikut: "Pada
suatu saat kami tengah duduk menunggu di samping pintu rumah Abdullah ibn
Mas'ud, Yazid ibn Mu'awiyah al-Nakha'i lewat di dekat kami, maka kami berkata:
Tolong beritahu Abdullah bin Mas'ud bahwa kami menunggunya. Maka dia pun
menyampaikannya, sehingga tidak berapa lama kemudian Abdullah ibn Mas'ud keluar
menemui kami, lalu dia berkata: "Aku telah diberitahu bahwa kalian
menunggu. Sebenarnya aku telah mengetahui kedatangan kalian, namun aku khawatir
saat ini kalian akan merasa bosan belajar kepadaku. Karena, sesungguhnya
Rasulullah saw. sendiri selalu memilih waktu dan memperhatikan keadaan kami
(sebelum beliau menyampaikan pelajaran), sehingga tidak setiap hari beliau
menasihati (mengajar) kami lantaran khawatir kami akan merasa bosan."
"Abdullah ibn Mas'ud selalu memberi
pelajaran kepada orang-orang setiap hari Kamis. Maka seorang laki-laki berkata
kepadanya: "Hai Abu Abdurrahman (sebutan bagi Abdullah ibn Mas'ud),
sungguh kami menyukai perkataanmu dan selalu merindukannya, maka, demi
kecintaan kami itu, akan menjadi lebih baik jika engkau menasihati kami setiap
hari.' Dia kemudian berkata: 'Aku hanya tidak ingin kalian bosan dan
sesungguhnya aku berusaha menjaga waktu dan keadaan kalian sebagaimana
Rasulullah melakukannya, hal itu tidak lain demi menjadikan kalian agar tidak
bosan."
"Permudahlah
(setiap urusan) dan janganlah kalian mempersulit, berikanlah kabar gembira dan
janganlah kalian membuat mereka lari."
Prinsip memudahkan dan
menciptakan suasana gembira dalam pembelajaran bisa dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain menciptakan suasana akrab. Seorang guru memasukkan kata-kata humor yang
mengasyikkan di sela-sela belajar. Hal ini agar dapat mengusir kejenuhan dan
kebosanan yang menegangkan suasana kelas, dan supaya bisa mengembalikan lagi
semangat belajar anak untuk mengikuti materi pelajaran.
Beberapa manfaat
memasukkan kata-kata yang menyenangkan (humor/ gurauan) di sela-sela belajar,
antara lain: a) bisa mengusir kebosanan dan kejenuhan; b) menyegarkan
(refreshing) hati dan ketegangan dan keseriusan; c) memberikan waktu rehat bagi
guru; d) mengasah hati dan memberikan suasana baru untuk melanjutkan menyerap
pelajaran; dan e) merubah suasana kelas yang kering dan menegangkan menjadi
santai. Humor (bergurau) adalah bergembira bersama orang lain dengan tanpa
merugikan dan melecehkannya. Imam Nawawi berkata, "Ketahuilah bahwa humor
yang dilarang adalah humor yang keterlaluan, karena hal itu dapat mengeraskan
hati, lupa mengingat Allah, dan menyia-nyiakan waktu. Sedangkan humor-humor
yang selain itu boleh saja, karena Rasulullah SAW juga pernah melakukan hal itu
demi untuk kebaikan mukhatab dan supaya lebih terkesan familiar. Hal itu
merupakan sunnah Nabi SAW dan merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh
guru ketika memberikan materi kepada anak didiknya.
Al-Ghazali berkata,
"Jika kamu melakukan sesuatu yang telah dilakukan oleh Rasulullah saw.
yaitu bercanda dengan kata-kata yang benar, tidak menyakitkan hati, tidak
keterlaluan, serta tidak sering dilakukan, hal itu tidaklah berdosa. Akan
tetapi kekhilafan manusia yang sangat fatal adalah ketika manusia terlalu
sering bercanda dan keterlaluan bahkan malah mengaku-ngaku bahwa tindakan
mereka itu juga berdasarkan dari tindakan Rasulullah SAW".
2. Komunikasi
yang ramah
Jiwa
manusia pada dasarnya cenderung kepada keramahan, kelemah-lembutan, tutur kata
yang halus serta jauh dari kekerasan dan kekasaran. Oleh sebab itu,
sebaiknyalah seorang guru memperhatikan hal ini dan mengaplikasikannya kepada
anak didiknya. Bersikap kasar bagi seorang guru merupakan hal yang fatal dan
membahayakan, apalagi terhadap anak didik, karena hal itu dapat mencetak
kepribadian yang buruk. Artinya, jika seorang guru mengajar dengan cara
kekerasan dan paksaan terhadap anak didik, maka hal itu menjadikan anak
didiknya patah semangat, tidak aktif, malas dan senang berbohong , serta ilmu
yang berkembangpun menjadi lebih ke arah makar.
Di
antara sifat ramah yang diteladankan Rasulullah SAW terhadap para sahabatnya
adalah seperti dalam riwayat berikut: Anas ra. berkata, "Ketika kami
sedang berada di Masjid bersama Rasulullah SAW tiba-tiba datang seorang Badui,
lalu ia kencing berdiri di dalam Masjid. Lalu para sahabat itu menegurnya:
Pergi... pergi...! Lalu Rasulullah SAW berkata, "Jangan memotong
kencingnya, panggillah dia!". Para sahabat yang ada di situ akhirnya
meninggalkannya, sehingga orang Badui itu melanjutkan kencingnya. Kemudian
Rasulullah SAW memanggilnya dan berkata kepadanya, "Ini masjid! tidak baik
untuk dikencingi ataupun sesuatu yang kotor, seharusnya Masjid adalah tempat
untuk berdzikir kepada Allah, untuk shalat dan untuk membaca Al-Quran".
Anas melanjutkan, "Beliau lalu menyuruh seorang lelaki dari kaum itu untuk
membawakan se-ember air dan menyiramnya". Anas berkata, "Setelah
mengerti, orang Badui itu lalu berkata, "Demi bapakku dan ibuku! Beliau
tidak mencela, tidak marah dan tidak memukul".
3. Kehalusan
dan kelembutan (dalam ucapan dan perilaku)
"Maka disebabkan
rahmat dan Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka
..." (Al-imran; 159)
Perkataan yang kotor,
cacian, serta memperolok-olok orang lain merupakan tindakan yang tidak disukai
dan harus dihindari, lebih-lebih oleh seorang guru yang menjadi teladan bagi
anak didiknya. Jika seorang guru mengucapkan kata-kata kotor dan menyakitkan,
meskipun dalam kadar yang kecil saja, maka hal itu sudah merupakan aib baginya,
apalagi jika ia melakukan dalam skala yang lebih luas. Bagaimanapun, ucapan
seorang guru pasti akan mempengaruhi anak didiknya, baik dari segi positif
maupun negatif. Perkataan yang kotor, dan penghinaan akan berdampak negatif bagi
anak didiknya, bahkan bisa merusak jiwanya.
4. Memperlakukan
anak dengan kasih sayang
Rasulullah bersabda: “Barangsiapa
yang tidak punya rasa kasih sayang, niscaya tidak akan dikasih sayangi”. Tsabit
telah meriwayatkan dari Anas yang telah menceritakan bahwa Nabi SAW mengambil
putranya, Ibrahim, lalu menciumi dan membelainya. Di antara anjuran Nabi kepada
para ayah untuk menyayangi anak-anak mereka adalah hadits yang diriwayatkan
oleh Anas. Disebutkan bahwa pernah ada seorang wanita datang kepada 'Aisyah,
lalu 'Aisyah memberinya tiga butir kurma. Wanita itupun memberikan kepada dua
anaknya masing-masing sebiji kurma dan sisanya untuk dirinya sendiri. Buah
kurma itu langsung dimakan oleh kedua anaknya, lalu keduanya memandang kepada
ibunya, maka sang ibu memahami anaknya, lalu membelah sebiji buah kurma itu
menjadi dua bagian dan memberikan kepada masing-masing dari dua anaknya itu
separoh buah kurma. Kemudian Nabi saw. datang dan 'Aisyah menceritakan
peristiwa itu kepadanya, maka Nabi saw. bersabda: “Mengapa kamu mesti heran
dengan sikapnya? Sesungguhnya
Allah telah merahmatinya karena kasih sayangnya kepada kedua anaknya itu”.
5. Bercengkerama dengan anak
Banyak riwayat yang
menunjukkan sikap Nabi SAW yang amat toleran terhadap anak. Beliau sering
menyapa anak-anak dari sahabat-sahabatnya. Beliau sering menggendong al-Hasan
dan al-Husain di pundaknya. Beliau suka mencium, bercengkerama, dan bermain
dengan mereka. Misalnya, suatu saat Nabi SAW sedang berbaring, tiba-tiba
al-Hasan dan al-Husain datang, lalu keduanya bermain-main di atas perutnya.
Keduanya sering menaiki punggung beliau saat beliau sedang sujud dalam
shalatnya, bahkan beliau pernah merangkak, sedang al-Hasan dan al-Husain
menaiki punggungnya, lalu bersabda: “Sebaik-baik unta adalah unta kalian berdua
dan sebaik-baik penunggang adalah kalian berdua”.
Dalam
sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi saw. pernah menimang-nimang al-Hasan dan
al-Husain seraya mendendangkan nyanyian yang artinya: "Hai kecilku, hai kecilku, naiklah, hai
si mata kecil!"
Sang
anakpun menaiki tubuhnya dan meletakkan kedua kakinya di atas dada beliau yang
dalam posisi terlentang. Dalam Hadits ini terlihat Rasulullah bermain dan
menimang-nimang al-Hasan dengan kedua tangannya yang mulia untuk menaikkannya
ke dadanya sembari mengucapkan kata-kata: "Naiklah, hai kecilku, ke atas
dadaku! Naiklah, hai si mata kecil yang lucu!"
Dengan
bercengkerama dan sikap lemah-lembut kepada anak-anak serta menyesuaikan diri
dengan berpura-pura menjadi anak kecil yang sebaya dengannya, beliau
menyalurkan kehangatan dan kasih sayang yang tulus ke dalam jiwa anak-anak,
agar nanti bila besar tidak tumbuh menjadi orang yang berhati kecil, keras, dan
kejam.
* Kumpulan Makalah Pasca PGMI UIN Suka 2010
DAFTAR PUSTAKA
Ali,
Mohamad 1984. Guru dalam
Proses Belajar Mengajar. Bandung.
Sinar Baru.
Hamalik.
Oemar. 1983. Metode Belajar
dan Kesulitan. Tarsito. Bandung.
Mulyadi. Pengantar Psikologi Belajar.
Fakultas Tarbiyah. IAIN Malang. 1979.
Simanjuntak,
Sh. Cara Belajar Siswa Aktif. Usaha Nasution. Surabaya. 1982.
Hamruni, 2009, Edutainment Dalam
Pendidikan Islam dan Teori-Teori Pembelajaran Quantum, Cet. Ke-2 ,
Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah, UIN Sunan Kalijaga.
--------, 2009. Strategi
dan Model-Model Pembelajaran Aktif menyenangkan, Cet. I, Yogyakarta:
Fakultas Tarbiyah, UIN Sunan Kalijaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar